Thursday 27 June 2019

Alasan awal untuk memulai menulis atau Nge-Blog?

Tulisan ini sebenarnya untuk diikutsertakan dalam challenge yang diadakan oleh Komunitas Blogger Perempuan dengan tajuk #BPN30Challenge2018. Namun, baru bisa diselesaikan dan dipublish sekarang. Jadi tidak apa – apa untuk tidak merasa maklum kepada pemilik yang sok sibuk ini.

Akan menjadi sebuah cerita panjang untuk menjawab satu pertanyaan yang juga menjadi judul untuk tulisan kali ini. Aku mulai mengenal dunia blog pada awal tahun saat aku menjadi mahasiswi. Yang berawal dari hanya ikut-ikut saja yang didorong rasa penasaran “apa sih nge-blog itu?” hingga akhirnya dari blog aku banyak bertemu orang-orang yang keren dan memiliki wawasan luas tidak terbatas yang selalu mendorong aku buat selalu upgrade dan up to date.

Aku adalah tipikal mahasiswa yang biasa aja, ngga populer tapi ngga dikucilkan juga, tetep punya teman walaupun tak seberapa. Mahasiswa dari kampung yang menginjakkan kakinya di Kota Besar untuk pertama kali, yang belum terlalu melek teknologi. Boro – boro untuk tau apa itu blog, pada saat itu pengetahuanku tentang sosial media hanya sebatas facebook dan yahoo. Kalo generasi sekarang anak SD udah pegang smartphone, aku yang pada saat itu hanya punya HP Nokia yang cukup buat sms dan telepon. Tapi, Tuhan untuk itu emang baik banget sama hambanya, misalnya saja aku yang ditemukan sama sahabatku, Lutfi, dari dia aku mulai kenal Handphone berbasis OS Android, BBM, Twitter sampai akhirnya Blog.

Kenapa mau nulis? Alasan awal ya aku akan jawab hanya ikut-ikutan saja, namun alasan ini bergeser setelah aku ikut Komunitas/Organisasi-ku yang pertama, Blogger Unsri. Aku tau komunitas ini pun setelah diberitahu temen kuliahku yang lainnya, Anisa. Kopdarku yang pertama dengan Blogger Unsri menggeser alasanku nge-blog menjadi ingin terkenal. Terkenal di dunia maya lebih tepatnya. Mulai saat itu aku mulai menseriusi dunia per-blogging-an, mulai dari membenahi template blogku, memperbaiki cara menulis, belajar untuk menulis konten dan mulai berani untuk share hasil tulisan sendiri serta memunculkan eksistensi di dunia per-blogging-an. Dari komunitas ini juga aku mengenal komunitas blogger yang lainnya, memperluas jaringan networking, saling bertukar komen di blog masing- masing atau lebih dikenal dengan blogwalking hingga memiliki pembaca setia yang menunggu-nungu tulisanku yang selanjutnya.

Setelah aktif menjadi anggota Blogger Unsri dan (berani menyatakan diri sebagai) seorang Blogger, aku tidak berhenti untuk memperluas pengetahuan dengan mengikuti workshop ataupun seminar yang berhubungan dengan blog. Dari salah satu workshop aku mengenal Komunitas Blogger Wong Kito yang eksistensinya ternyata sudah tak terbantahkan lagi, pengen rasanya bilang ke diri sendiri waktu itu “ Lo kemana saja sih Ken?!! Kok bisa-bisanya baru tau”. Setelah ikutan workshop tersebut dan ketemu orang – orang keren lainnya, alasan blogku bergeser menjadikan blog sebagai penghasilan sampingan. Mulai belajar trik SEO, menulis dengan sesuai kriteria untuk sebuah paid posting, menambah skill baru di bidang photografi karna visualisasi menjadi salah satu poin penting yang mendukung untuk tulisan di blog, belajar tentang pentingnya domain dan hosting, belajar tentang niche blog hingga personalisasi tulisan dalam blog itu sendiri. 

Setelah akhirnya bisa jajan dengan uang hasil tulisan di blog, alasan nge-blog sekarang bergeser menjadi sebuah keharusan. Karna dari menulis aku harus banyak baca, banyak research untuk menulis satu buah tulisan agar informasi yang disampaikan berdasarkan fakta dan tidak salah penyampaian hingga akhirnya blog menjadi tempatku untuk belajar dan cacatan tertulis perjalananku selama ini. Karna alasan akhir ini juga akhirnya aku memilih alamat url dan nama blogku menjadi Niken’s Journeys. Karna disinilah aku mencurahkan, sharing atau hanya berisi bacotan yang tak penting dari sudut pandang seorang anak perempuan bernama Niken. 

Sekian.

Monday 24 June 2019

Kapan Saat Pertama Kalinya Kamu Merasa Dewasa?

“Ken, kok kamu bisa (bersikap) dewasa banget sih?” 

Kalimat ini dicetuskan oleh tetangga kosanku saat kami sedang asyik ngobrolin tetangga kosan yang lainnya (re:ghibah). Sejenak aku terdiam akan pertanyaan itu. Kalo ditilik dari umur, aku emang yang paling tua sih diantara semua tetangga kosan ini, tapi menurutku umur bukan alat ukur yang pas untuk menilai tingkat kedewasaan seseorang. Ada banyak faktor lain yang juga mempengaruhi bagaimana seorang bertindak atau berbicara. Yah, tetap emang umur juga salah satu poin penting sih. Tapi, itu saja tidak cukup gitu loh gaess. 

Dewasa adalah pengkategorian untuk orang yang dari aspek biologi yaitu akil baligh, aspek ho\ukum yaitu umur 16 tahun ke atas atau sudah menikah dan aspek karakter pribadi yaitu kematangan dan tanggung jawab. (wikipedia)

Dewasa bukan dilihat dari umur. Kalo aku setuju banget sama pernyataan ini, misalnya seorang yang berumur 17 tahun bisa saja bisa lebih bersikap dewasa dibandingkan seorang yang sudah berumur 30 tahunan. Sikap kedewasaan seorang terkadang bisa tumbuh dari lingkungan sekitar, pengalaman ataupun perjalanan hidupnya yang menempanya menjadi seorang yang bersikap dewasa.

First time you feel like you were a real adult?

Gegara bahas masalah “dewasa” ini, aku teringat salah satu video yang pernah aku tonton tentang interview band hip hop favoritku saat diwawancara dengan pertanyaan random yang sebelumnya sudah dimasukkan dalam wadah untuk diambil secara acak oleh mereka sendiri. Salah satu pertanyaan itu adalah “Kapan pertama kalinya kalian merasa menjadi seorang yang sudah dewasa?”

Jawaban - jawaban dari personil Epik High sangat sederhana, lucu tapi juga memang momen yang tepat untuk merasa kalo sudah (cukup) dewasa. Seperti halnya Mitra Jin yang menjawab dia merasa dewasa saat facial hair-nya mulai tumbuh dan harus bercukur, sedangkan DJ tukutz saat dia berusia 20 tahunan dan harus membayar denda atas perlakuan yang kurang baiknya karna membuang sampah sembarang.

Jawabanku atas pertanyaan ini mungkin akan jatuh pada saat umurku sudah menginjak umur 20 tahunan dan mampu membeli smartphone hasil jerih payahku sendiri. Sampai saat ini pun aku masih menggunakan smartphone yang sama, hal ini aku lakukan untuk mengapresiasi dan menghargai kerjaku sendiri.

Seorang bertambah umur bukan berarti bertambah dewasa pula sikapnya, setiap tahun saat perayaan ulang tahunku, aku selalu berdoa untuk menjadi orang yang lebih bijak dan dewasa lagi. Ya, karena dewasa bukan diukur hanya dari bertambahnya umur seseorang.

Jadi, kapan sih momen pertama kalinya kalian merasa telah menjadi seorang yang sudah dewasa?